gambar dari unplash.com
contoh
dalam kehidupan sehari- hari dari buku
“7 Habbits of Highly Effective People”
Saya Jean Warang
mahasiswa Stmik Stikom Indonesia kota Denpasar semester 7 jurusan komputer akuntansi disini akan coba
mengulas buku "The 7 habits of highly effective people" yang ditulis
oleh Stephen R.covey.
Dalam 7 Habits, ia
mempromosikan inspirasinya yang disebut “etika karakter” yang berdasarkan
prinsip dan tata cara memimpin serta mengabaikan prinsip “etika kepribadian”
yang memberikan sinyal kepalsuan dan ambiguitas. Karakter adalah gabungan dari
kebiasaan-kebiasaan kita. Kebiasaan sulit berubah, tetapi bisa dirubah dengan
komitmen yang sungguh-sungguh. Kebiasaan (habits) yang baik adalah
persinggungan antara pengetahuan (knowlegde), keahlian (skill) dan keinginan
(desire).
TUJUH (7) KEBIASAAN
MANUSIA YANG SANGAT EFEKTIF
1. Proaktif
Ketika kita
menginginkan kesuksesan dalam karir, maka kita dituntut untuk proaktif
menentukan apa yang ingin dicapai, kemudian menyusun cara apa saja yang bisa
dilakukan agar tujuan tersebut dapat tercapai. Keinginan, cita-cita ataupun
tujuan yang ingin dicapai harus dibarengi dengan usaha, tidak bisa hanya diam
duduk manis menunggu datangnya kesuksesan, harus ada upaya-upaya proaktif yang
dilakukan agar sampai pada tujuan.
Jika kita ingin menjadi orang yang sukses kita harus belajar sunggung-sungguh dari sekarang dan berpikir positif, ketika saya ingin menjadi juara kelas berarti saya harus rajin belajar dengan tekun agar cita-cita saya dapat tercapi jangan hanya duduk diam menunggu kesuksesan karena usaha tidak akan pernah menghianati hasil.
Dengan menentukan
tujuan yang ingin dituju, kita akan memilah-milah langkah yang akan ditempuh,
apakah langkah tersebut akan membantu kita mencapai tujuan atau tidak. Jika
tidak, sebaiknya tinggalkan dan cari langkah atau perbuatan yang lebih efektif
untuk mencapai tujuan. Intinya dengan menentukan tujuan di awal itu akan
meminimalisasi langkah yang tidak perlu untuk mencapai tujuan.
Banyak hal yang saya inginkan ketika saya sudah lulus sekolah dan mulai bekerja saya ingin membahagiakan ibu dan juga kaka saya. Saya ingin membawa ibu dan kaka saya pergi ke mekkah dan hasil kerja keras saya bisa membantu per-ekonomian keluarga dan bisa membantu membiayai sepupu saya sekolah sebagai balasan karena kakak ku telah menyayangiku dan membiayai saya kuliah.
Buatlah daftar
pekerjaan yang penting untuk dilakukan setiap minggunya, dan lakukan review
harian pada daftar tersebut. Selalu utamakan hal-hal yang paling penting untuk
dilakukan. Stephen Covey menyebutnya “batu-batu besar”. Bayangkan sebuah ember,
dimana ember adalah tempat kita menempatkan kegiatan, sedangkan batu
diasumsikan sebuah kegiatan. Ada batu-batu besar dan ada batu-batu kecil atau
kita menyebutnya kerikil. Untuk memenuhi ember dengan batu-batu tersebut kita
akan mengutamakan batu-batu besar untuk dimasukkan ke dalam ember terlebih
dahulu, kemudian mengisi ruang-ruang kosong dengan kerikil. Apabila kita
memasukkan kerikil terlebih dahulu, maka batu-batu besar tersebut kemungkinan
tidak bisa masuk ke dalam ember, mungkin saja bisa, tapi tidak bisa semua. dari
perumpamaan tersebut diatas, Stephen R. Covey menggambarkan bahwa kita harus
mementingkan yang menjadi prioritas terlebih dahulu.
Ketika saya mendapat pekerjaan atau tugas kuliah dan teman saya mengajak saya liburan ke suatu tempat saya mencoba menolaknya secara halus dan menerapkan prinsip " dahulukan yang utama" saya berpikir bahwa tugas kuliah lebih penting daripada liburan bersama teman- teman karena menurut saya liburan dapatvdilakukan kapan saja ketika saya memiliki waktu luang.
Pola pikir
menang-menang adalah pola pikir yang memperhatikan semua pihak. Tidak hanya
berpikir terhadap satu sisi ego, tapi memenangkan banyak ego. Kerangka pikir
menang-menang adalah kerangka pikiran dan hati yang terus-menerus mencari
keuntungan bersama dalam semua interaksi manusia. Hal ini menunjukkan dengan
solusi menang/menang (win-win solution), semua pihak merasa senang dengan
keputusannya dan merasa terikat dengan rencana tindakannya. Menang/menang
melihat kehidupan sebagai arena yang kooperatif, bukan kompetitif.
Saya masih ingat ketika pertama kali masuk SMA saya merasa terpuruk dan sulit beradaptasi dengan pelajaran atau lingkungan baru, hingga pernah saya berbicara kepada ayah saya bahwa saya ingin berhenti sekolah karena alasan itu. Kemudian ayah saya pernah berkata bahwa jangan pernah merasa berkecil hati belajar lah menjadi dewasa karena ayah selalu ada dibelakangmu, jadilah pribadi yang positif dan hadapi masalah- masalah di depanmu dan berpikirlah bahwa kamu Bisa,Bisa, Bisa menghadapinya. Dari situlah saya mulai berpikir bahwa solusi yang ayah berikan memang benar, terimakasih ayah telah memberikan solusi yang ayah berikan hingga sekarang saya masih tetap bisa bersekolah.
Kebiasaan buruk kita
adalah menginginkan untuk dimengerti oleh orang lain, membacakan autobiografi
kita kepada lawan bicara. Berusaha mengerti terlebih dahulu merupakan perubahan
paradigma yang sangat mendalam. Kebiasaan berusaha mengerti terlebih dahulu
juga berlaku di lingkungan kerja, dengan rekan-rekan kerja. Sebelum kita
melontarkan ide ke dalam forum ada baiknya jika kita memahami ide-ide dan
kepentingan rekan kita yang lain. Jika kita terlatih dengan kebiasaan ini, kita
akan merasa semua orang akan dengan senang hati mendengarkan dan menerima kita.
Itulah aturan emasnya.
Dulu ketika masih kecil saya sering bertengkar dengan kakak saya demi memperebutkan hal yang sepele kami berdua selalu bermusuhan bahkan aku dan kakak ku sering terlibat perkelahian, tapi setelah itu kami berdua selalu berbaikan lagi dan mulai memahami/dipahami dengan keinginana masing- masing.
Saran Stephen R. Covey
untuk memiliki kebiasaan membangun sinergi didasarkan pada pemahaman bahwa
sangat penting untuk bekerja bersama tim dari berbagai latar belakang secara
harmonis. Latar belakang berbeda akan memberikan ide-ide yang lebih beragam
yang akan membuka jalan bagi solusi yang lebih kreatif dan menguntungkan.
Begitu juga pada Nilai-Nilai Kementerian Keuangan dicantumkan nilai sinergi.
Dalam sebuah institusi terlebih lagi dalam lingkup kementerian, nilai sinergi
wajib ditumbuhkembangkan pada setiap individu pegawainya. Sehingga tujuan dan
cita-cita sebuah instansi bisa tercapai.
Ketika saya mendapatkan tugas kelompok untuk menyusun makalah maka saya dan teman- teman mewujudkan sinergi, bekerja sama,membantu dan saling berdiskusi ketika menegerjakannya agar tugas tersebut dapat terselesaikan tepat waktu.
Kebiasaan ini akan
membantu meningkatkan kemampuan dan pengetahuan kita. Stephen Covey
menggambarkan kebiasaan ini dengan ilustrasi seseorang yang sedang menggergaji
sebatang pohon besar. Berjam-jam ia menggergaji, tanpa ada kemajuan yang
berarti. Tapi ia terus saja menggergaji, tanpa berhenti, tanpa hasil, dan tanpa
menyadari bahwa gergajinya telah tumpul. Jika saja ia mengambil waktu untuk
mengasah gergajinya, tentunya ia akan lebih mudah dan cepat menebang pohon yang
sedang ia gergaji. Mengasah gergaji adalah tentang liburan, melakukan hal-hal
menyenangkan, mengerjakan hobi, dan semua hal yang membantu kita mendapatkan
kesegaran dan semangat baru dalam melakukan pekerjaan rutin kita.
Ketika saya mendapat kesulitan memahami satu mata kuliah saya mencoba melatih diri saya dengan membaca dan memahami agar mental saya ikut berkembang dan terlatih. Untuk kedepannya saya ingin membiasakan diri membaca terlebih dahulu sebelum diajarkan materinya oleh dosen, supaya lebih paham.
source:http://tatukartika18.blogspot.com/2018/09/contoh-dalam-kehidupan-sehari-hari-dan.html
Komentar
Posting Komentar